Sikap Terhadap Ramadhan

Insya Allah umur kita sampai, kurang lebih sepekan lagi bulan suci Ramadhan akan datang. Suasanannya memang sudah mulai terasa. Cetusan_cetusan kalimat telah terdengar juga. “Tidak terasa rupanya bulan puasa tinggal beberapa hari lagi”.  Langsung bayangannya akan berhadapan dengan suasana payah, panas, lemas, bagaimana saya nanti?, puasa saya akan bagus atau tidak?,  sanggup apa tidak saya berpuasa?, Jangan_jangan cuman dapat lemasnya saja?, aduuh!!! Begitulah kita-kira sikap sebagian dari kita ..

Sementara ada orang yang menyikapinya dengan biasa_biasa saja. Mau puasa, ataupun tidak sikapnya cuek saja, semua sama saja. Tidak terlalu senang bencipun (mungkin) tidak ..

Ada sikap yang sesungguhnya, yaitu: “Sebagai orang yang menunggu karena rindunya”. Sejak akhir Ramadhan yang lalu, ia merasakan sesuatu yang berat dan sedih, karena Ramadhan yang demikian mulia dan agung, penuh dengan nilai_nilai keberkahan, segera akan pergi, untuk kemudian datang lagi tahun berikutnya. Ia hanya pasrah dan berdo’a: “Selamat jalan ya Ramadhan, semoga umur saya masih ada pada saat engkau datang lagi”.

Jadi, sangat keliru dan akan rugi besar, apabila menyikapi kedatangan bulan suci Ramadhan dengan perasaan khawatir atau biasa_biasa saja. Yang benar adalah“menyikapinya dengan rasa menanti, rindu dan senang” ..

 

Tinggalkan komentar